Kamis, 10 Maret 2016 | By: SahabatRiau

Sekilas Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai

Gambar: Penyerahan SK Alih Status oleh Prof. Dr. Dede Rosada (Direktur Diktis Kementerian Agama RI) kepada H. M. Rizal Akbar  (ketua Yayasan Tafaqquh Fiddin Dumai, Jakarta 8 Desember 2014  
Berawal dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tafaqquh Fiddin Dumai yang didirikan pada Tahun 1999 di bawah naungan Yayasan Tafaqquh Fiddin. Melalui Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Nomor:  6266 tahun 2014, tanggal 5 November 2014, STAI Tafaqquh Fiddin Dumai resmi naik status menjadi Institut Agama Islam dengan tiga Fakultas yakni, Fakultas Tarbiyah dan Tamaddun Melayu, Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Keinginan STAI Tafaqquh Fiddin Dumai untuk berubah menjadi Institut, telah direncanakan sejak tahun 2010. Pada waktu itu keinginan tersebut disambut hangat oleh DR. H. Mastuki HS, M.Ag, yang pada masa itu menjabat sebagai Kasubdit Akademik dan Kemahasiswaan Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama RI pada temu ramah bersama sivitas akademika STAI Tafaqquh Fiddin Dumai pada tanggal 15 Juli 2010 di hotel Grand Zuri Dumai.
Mastuki menganjurkan bahwa untuk meningkatkan status menjadi Institut, perlu melakukan penambahan prodi dengan melihat potensi prodi-prodi baru yang harus dikembangkan. Menurutnya, Pembangunan Masyarakat Islam Pesisir (PMIP) dan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) adalah dua prodi yang layak dikembangkan di STAI Tafaqquh Fiddin Dumai ke depan. Untuk mengembangkan prodi tersebut beliau menganjurkan supaya banyak belajar dari pengalaman beberapa Perguruan Tinggi Agama Islam lainnya di pulau Jawa.
Adapun cita-cita yang digariskan dalam peningkatan status pada waktu itu adalah dalam rangka merespon perkembangan kota Dumai yang semakin hari semakin berkembang dan menjadi lokomotif pembangunan, terutama untuk kawasan Riau pesisir.  Perkembangan pembangunan kota yang begitu pesat tentu harus sejalan dengan peningkatan sumberdaya manusia masyarakat terutama pada aspek sosial keagamaan. Untuk itu, peningkatan status ini diharapkan dapat membekalkan para intelektual yang dapat menyelaraskan diantara kebutuhan akan materialisme dan mental spritual. Fenomena bahwa pembangunan industri dan perdagangan yang meningkat pesat namun disatu sisi moralitas agama masih terhenti pada institusi-institusi ustadz dan ustadzah yang pendidikan agamanya didapat dari kampung, mengakibatkan perkembangan kedua sisi ini tidak singkron. Demikian dinyatakan Rizal Akbar  Ketua Yayasan Tafaqquh Fiddin, pada pertemuan tersebut.
Rencana peningkatan status menjadi institut itu ditargetkan terealisasi pada tahun 2020. Namun atas dorongan yang diberikan oleh Diktis Kementerian Agama RI dan Kopertais Wilayah XII, maka pada tahun 2014 dengan diketuai langsung oleh ketua Yayasan Tafaqquh Fiddin Dumai Tim persiapan institut bekerja menyusun proposal pengembangan program studi dan peningkatan status. Pada 20 Mei 2014, Kopertais Wilayah XII mengeluarkan Rekomendasi Nomor : 018.a/SK /K-XII/V/2014, tentang Alih Status STAI Tafaqquh Fiddin menjadi Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin. Perjuangan tim alih status Tafaqquh Fiddin mendapat respon dari Diktis Kementrian Agama RI yang diundang untuk mepresentasikan kesiapan dan peluang peningkatan status STAI Tafaqquh Fiddin Dumai menjadi Institut pada hari Kamis 14 Agustus 2014 di Hotel Ibis Kemayoran Jakarta.
Peningkatan status bagi Rizal, bukan sekadar ganti baju. Sejak tahun 2010, tekat peningkatan status itu telah dicanangkan, selari dengan perubahan visi dalam menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Tekat untuk menjadi yang terdepan di pesisir pantai timur sumatera adalah visi utama perubahan itu. Langkah awalnya adalah ketika STAI Tafaqquh Fiddin Dumai menjadi tuan rumah Pekan Ilmiah Olahraga dan Seni (PIOS) ke-4 Perguruan Tinggi Agama Islam Se Kopertais Wil-XII Riau dan Kepulauan Riau pada tahun 2013. Tema yang diusung adalah “Pembangunan Ekonomi Masyarakat Pesisir Pantai Timur Sumatera”. Dan Rizal Akbar dipercayai sebagai ketua panitia penyelenggara acara tersebut.
Rizal Akbar menekankan bahwa sebagai kawasan awal nusantara yang mengilhami peradaban nusantra yang dicirikan oleh Islam dan Melayu. Pesisir Pantai Timur Sumatera harus terdepan diera MEA. Untuk itu, IAI Tafaqquh Fiddin Dumai harus mempersiapkan berbagai keunggulan.  Baik dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Keunggulan itu diarahkan pada kajian peradaban Islam dan Melayu, kajian dan pengembangan ekonomi yang berbasis pada struktur perdagangan, keuangan, industri, jasa dan kelautan, serta pengkajian sejarah, khazanah hukum serta  kearifan local, dalam epistimology tawhid.

Sebagai Ketua Yayasan Rizal Akbar telah meletakan fondasi awal peradaban tersebut. Bahkan untuk mensosialisasi keberadaan Intitut ini pada kancah internasional, Rizal Akbar dengan menggandeng pemerintah Daerah Kota Dumai dan Islamic Economic & Finance Universitas Trisakti Jakarta telah pula melaksanakan seminar internasional “Twelfth International Conference Tawhid 2015, dengan tema “Maqasid As-Shari’ah And Al-Wasatiyyah” di Dumai pada 19 Agustus 2015 yang lalu.

0 Comments:

Posting Komentar