Perkuliahan hari ini berlangsung dengan pemaparan tugas kelompok mahasiswa tentang perkembangan filsafat Islam. Sebagaimana biasa diskusi filsafat bagi kalangan mahasiswa selalu terasa berat dan tersendat-sendat. Maklum ada persoalan dengan wawasan dan jam terbang membaca.
Minat membaca mahasiwa tidak dapat dipungkiri masih sangat rendah. Sehingga setiap materi diskusi selalu dibahas dengan logika alakadarnya. Dulu kalau yg alakadar itu hanya pada urusan jedah, "jedah alakadarnya". Tapi kini rupanya logikapun sudah jadi alakadar.
Dengan logika alakadar itu para mahasiswa dalam diskusi tersebu mengupas pemikiran skolastik abad pertengahan dan cara berfikir Ibnu Rusdy. ya hasilnya persis seperti kuburan sunyi senyap dan hanya ada gemersik bunyi lembaran kertas yg dibalik balik.
Ruangan jadi mencekam. Lama sekali senyapnya. Tiga pertanyaan sebagai umpan balik, tidak balik-balik. Namun tiba2 muncul jugalah jawaban dari penyaji yg lumayan bagus dalam kondisi alakadar itu.
Namun tetap saja penanya merasa tidak puas dengan jawaban, dan memang setelah diluruskan terlihat bahawa diantara penanya dan penjawab sama2 terjebak dalam alakadar itu.
Menggeser logika yg alakadar menjadi argumentasi yg berlian merupakan sebuah peoses dari pendidikan terutama perguruan tinggi. Untuk itu gemar membaca dan berdiskusi merupakan budaya yang harus terus kita galakan terutama kepada para mahasiswa kita.
tulisan ini pernah dimuat di FB 21 Nov 2016