Running Text - Dr. Rizal Akbar
Dr. H. M. Rizal Akbar, S.Si, M.Phil adalah doctor ekonomi islam terbaik universitas Trisakti Jakarta tahun 2016. Anak bungsu dari pasangan H. Akbar Ali (Alm) dan Hj. Aisyah (Almh) ini lahir di Sungai Alam, Bengakalis 12 September 1974. Menikah dengan Lestary Fitriany ST, ME yang merupakan Putri dari H. A. Nong Manan, yang merupakan tokoh masyarakat di Selat Panjang Kepulauan Meranti. Masa kecil dan remajanya dihabiskan bersama rekan-rekannya di SD Negeri 61 Sungai Alam, SMPN 3 Bengkalis dan SMAN 2 Bengkalis. Sarjan S1 Diselesaikannya di Universitas Riau, Pada Jurusan Matematika FMIPA, Tahun 1998. Menyelesaikan S2 di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Pada tahun 2007 dengan gelar Master Of Philosopy (M. Phil) yang selanjutnya mengantarkan beliau pada program Doktor di Islamic Economic dan Finance (IEF) Universitas Trisakti Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 2016 dengan kelulusan Cumlaude, dan Doktor Ekonomi terbaik I.

Kamis, 15 Desember 2016

Logika Alakadar

Perkuliahan hari ini berlangsung dengan pemaparan tugas kelompok mahasiswa tentang perkembangan filsafat Islam. Sebagaimana biasa diskusi filsafat bagi kalangan mahasiswa selalu terasa berat dan tersendat-sendat. Maklum ada persoalan dengan wawasan dan jam terbang membaca.
Minat membaca mahasiwa tidak dapat dipungkiri masih sangat rendah. Sehingga setiap materi diskusi selalu dibahas dengan logika alakadarnya. Dulu kalau yg alakadar itu hanya pada urusan jedah, "jedah alakadarnya". Tapi kini rupanya logikapun sudah jadi alakadar.
Dengan logika alakadar itu para mahasiswa dalam diskusi tersebu mengupas pemikiran skolastik abad pertengahan dan cara berfikir Ibnu Rusdy. ya hasilnya persis seperti kuburan sunyi senyap dan hanya ada gemersik bunyi lembaran kertas yg dibalik balik.
Ruangan jadi mencekam. Lama sekali senyapnya. Tiga pertanyaan sebagai umpan balik, tidak balik-balik. Namun tiba2 muncul jugalah jawaban dari penyaji yg lumayan bagus dalam kondisi alakadar itu.
Namun tetap saja penanya merasa tidak puas dengan jawaban, dan memang setelah diluruskan terlihat bahawa diantara penanya dan penjawab sama2 terjebak dalam alakadar itu.
Menggeser logika yg alakadar menjadi argumentasi yg berlian merupakan sebuah peoses dari pendidikan terutama perguruan tinggi. Untuk itu gemar membaca dan berdiskusi merupakan budaya yang harus terus kita galakan terutama kepada para mahasiswa kita.

tulisan ini pernah dimuat di FB 21 Nov 2016