Pendidikan saat ini mengalami pergeseran
paradigm yang sulit. Paradigma itu sangat terpengaruh oleh perkembangan zaman
yang semakin hari semakin sulit pula. Sebagai sebuah system terkadang
pendidikan nyaris disamakan dengan sebuah mesin yang memproduksi sejinis barang
tertentu. Analogi bahwa pendidikan seperti itu sesungguhnya tidak dapat
dipersalahkan seluruhnya. Namun jika semua asumsi yang ada dalam mesin juga
diasumsikan sama dengan system pendidikan, ini yang berakibat kepada kesalahan
besar dalam arah pendidikan itu sendiri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu
manajemen membawa kita menjadi mudah. Mudah dalam melihat sejauhmana satu
system organisasi itu berjalan dalam menuju tujuan yang telah ditetapkan.
Standarisasi selain berpengaruh kepada kinerja system, juga berpengaruh kepada
sebuah produk menjadi terukur dengan tepat serta sesuai dengan kualitas yang
diperlukan. Demikianlah halnya dengan
menejemen pendidikan yang dijalankan saat ini di Indonesia baik pada tingkat
dasar, menengah maupun tinggi.
Perubahan standar pengelolaan pendidikan
di Indonesia malangnya lebih dipengaruhi oleh perkembangan kapitalisme dan
globalisasi ekonomi yang menghendaki adanya standarisasi produk. Kegauan itu
muncul disaat pendidikan harus menghadapi relitas yang memang berada dalam
tatanan persaingan dengan pasar sebagai satu-satunya kedaulatan. Namun pada sisi
lain, pembangunan pendidikan Nasional memiliki tujuan yang agung yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pilihan kata cerdas dalam konteks tujuan
pembangunan Nasional itu tentuk memiliki dimensi yang luas bukan sebatas
pintar, tahu, pandai, boleh atau bias. Namun cerdas memiliki makna filosofis
bahwa kepintaran itu atau pengetahuan itu dimiliki oleh manusia. Karena tidak
asaing bagi kita saat ini dengan prangkat teknologi pintar (smart technology), tapi pastilah
teknologi itu tidak akan memasuki ruang teknologi cerdas, karena kecerdasan
hanya dimiliki oleh manusia.
Kecerdasan juga disandingkan dengan kata
cendikia. Cerdik, bijak (dalam istilah melayu), cadik (dalam istilah minang), adalah asal kata kecerdasan. Terkadang
cadik, digunakan untuk menunjukan kepada prilaku yang culas. Namun sesungguhnya
cerdik adalah melaupau pengetahuan dan tidak terkandangi oleh batas
rasionalitas. Orang pintar, adalah ketika dia dapat menguasai sebuah persolan
dengan kemampuan menjelaskan (eksplanasi), memprediksi (ekspektasi) dan pengawalan
. Namun orang cerdas melaupau itu, karena mereka mampu mengambil manfaat dari
sebuah persoaalan.
Kecerdasan adalah sebuah lompatan. Itulah
sesungguhnya fitrah kemanusiaan yang berbeda dengan makhluk lainnya, apa lagi
barang produksi. Manusia memiliki tingkat adaptasi sehingga mereka mampu memenuhi
ruang dalam kondisi apapun. Ketika pengetahuan yang dikembangkan manusia itu belum
ada, mereka juga bisa hidup dan berkembang biak seperti yang kita saksikan saat
ini, tidak ada satu jenis sepesies manusiapun yang punah, yang ada hanyalah
pergeseran budaya dan membuktikan bahwa mereka beradaptasi.
Kemampuan manusia beradaptasi lebih
disebabkan oleh kecerdasan dibandingkan pengetahuan. Namun dengan didampingi
oleh pengetahuan, kecerdasan akan semakin berkembang dan menyebabkan manusia
semakin gemilang sebagai makhluk paling sempurna dipermukaan bumi. Kegemilangan
itu bergeser darizaman-kezaman yang selalu didefenisikan dengan peradaban.
Artinya, pondasi awal peradaban adalah kecerdasan, meskipun apa yang selalu
tampil dan mudah terukur dalam sebuah pradaban itu adalah pengetahuan dan
teknologi yang melingkupinya.
Pandanglah Pyramid di Mesir. Sampai saat
ini kekaguman akan peradaban itu tidak dapat terbantahkan. Semua peneliti dan
ilmuan mengatakan bahwa benda itu adalah lambang peradaban tinggi dimasa itu.
Namun, teknologi apa dan bagaimana iyanya dibangun merupakan teka-teki yang
belum terjawab sampai dengan saat ini, karena semua temuaan penelitian tentang
Piramid masih bersifat asumsi. Artinya, pengetahuan yang dikatakana sangat
berkembang itu masih kalah dengan kecerdasan dimasa Mesir kuno itu. Karena yang
pasti adalah, bahwa dengan kecerdasan. mereka mampu membangun Pyramid dimasa itu. Namun pengetahuan
kita saat ini, jangankan untuk membangun pyramid sekokoh itu, menjawab
pertanyaan bagaimana dan dengan teknologi apa Pyramid itu dibangun pun kita
belum mampu.
Kembali kepada system pendidikan, menjawab
kebutuhan kehidupan yang memang dikuasa sepenuhnya oleh pasar, adalah satu
realitas. Namun jika kita pikirkan kembali, maka itulah kecerdasan kita dan
generasi kita saat ini, yakni generasi manusia yang sangat lemah. Dulu bangsa
manusia tanpa teknologi mampu mengalahkan binatang buas. Dimana
binatang-binatang buas itutelah dibekali dengan segala sisi tubuh yang kokoh
dan filing bertempur dan melemahkan musuh, sementara bangsa manusia tidak. Tapi
ternyata bangsa manusia mampu bertahan dan bahkan berkembang biyak mengalahkan
bangsa-bangsa hewan yang gagah itu.
Namun kini system
pendidikan kita dengan segala ketakutan akan kehidupan yang semakin keras
menawarkan seperangkan system untuk penyelamatan diri, namun bukan dari bangsa
binatang buas, namun dari bangsa manusia yang serakah dengan spirit kapitalisme
dan hedonism. Kemana arah pendidikan kita? “memanusiakan manusiakah”, atau
menyiapkan manusia untuk menjadi makanan bagi manusia lainnya, jika itu yang
terjadi benarlah jika dikatakan bahwa system pendidikan kita sama dengan
mesin-mesin yang memproduksi barang bernama “manusia”