Sabtu, 05 Maret 2016 | By: SahabatRiau

PERJUANGAN YAYASAN TAFAQQUH FIDDIN DALAM PEMBANGUNAN PERADABAN KEISLAMAN DI KOTA DUMAI

Oleh : Drs. H. Pardi Syamsuddin, MA
Penelitian dilakukan tahun 2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang Masalah
Setelah Rasul wafat, tugas risalah dilanjutkan oleh para ulama yang biasa disebut dengan waratsatul anbiya. Ulama sebagai waratsatul anbiya’ bertanggung jawab bagi terealisasinya ajaran agama dalam kehidupan sosial serta dalam perilaku pribadi umat.
 Sementara itu agama tidak bisa dipisahkan dari masyarakat, karena disadari bahwa untuk menentukan tujuan pembangunan suatu mayarakat serta prioritasnya bagi suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari ruang lingkup moral-agama-yang merupakan tempat  berpijaknya suatu bangsa, bangsa yang beragama[1]. Ini sesuai pula dengan keinginan Tuhan agar Wahyu merupakan manifestasi dalam seluruh tata aturan alam, dalam proses sejarah, dan dalam kehidupan budaya manusia[2].
Dalam kondisi yang demikian itu ulama dihadapkan kepada kemampuan memberikan alternatif-alternatif yang relevan dengan kenyataan-kenyataan kekinian, atau dengan kata lain ulama mendapat tantangan, yaitu suatu keharusan untuk memberikan jawaban yang jelas menyangkut kepentingan manusia dari berbagai aspek ruang kehidupan, terutama dalam rangka mencari kesinambungan antara ideal agama dengan kenyataan sosial yang terdapat dalam masyarakat.
Upaya untuk memberikan jawaban  tersebut semakin penting karena, agama merupakan faktor utama dalam mewujudkan pola-pola persepsi tentang dunia bagi meraka. Dan dengan persepsi-persepsi itu manusia menentukan cara mendudukkan dirinya di dunia ini[3], atau sebagaimana yang diungkapkan oleh Mattulada, bahwa tindakan seseorang dalam usaha atau kerja dapat didorong oleh agama yang dianutnya[4].
Begitulah agama telah menjadi sumber inspirasi ‘ Ugbah ibnu Nafi. Sewaktu berada di pantai Atlantik Magribi, dia bekata : “ wahai samudera, jika aku tahu bahwa ada tanah dibelakangmu, aku akan menyeberangimu diatas punggung kudaku “. Itulah semangat spiritual yang telah menemukan Allah dan kehendak illahi sehingga muncul kehendak untuk mengakhiri pengasingan diri menuju msyarakat dan mencerahkannya seperti juga ungkapan Hayy ibnu Yagzan, “.. dia mesti memotong batang-batang pohon menjadi sebuah rakit untuk menyeberangi lautan, untuk mengakhiri pengasingan diri dan membuat sejarah[5].
Nilai-nilai kejuangan agama Islam itulah yang telah memberi semangat dan inspirasi kepada Ugbah ibnu Nafi dan Hayy ibnu Yagzan untuk ikut campur dalam proses sejarah serta mengubahnya sesuai dengan tata nilai illahi. Hal tersebut semakin sangat vital dalam komunitas umat yang majemuk, seperti kemajemukan dalam memahami modernisasi dan majemuk dalam penilaian ajaran keagamaan yang berhubungan dengan akhirat (spiritual) dan keduniawian atau masyarakat.
Dalam rangka wawasan kemajemukan itulah, kontribusi ulama perlu dilihat secara lebih mendalam dan lebih mendasar, karena kontribusi ulama tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan, keadaan, dan tuntutan zaman. Dalam konteks kerajaan Inderagiri umpamanya, banyak ulama yang telah memainkan peranannya, seperti Haji Marzuki yang mempelopori berdirinya Perguruan Agama Islam (PAI). Beliau lulusan sekolah Islam al-Juned Singapura. Di samping itu Haji Hamzah, beliau adalah khatib tetap mesjid Sultan.
Ulama pada masa kesultanan Inderagiri ada pula yang berperan dalam organisasi sosial keagamaan, seperti muhammadiyah. Haji Abubakar Abduh adalah ulama yang pertama kali mendirikan sekolah Muhammadiyah di Rengat. Sekolah Muhammadiyah ini terdiri dari, Ibtidaiyah 3 tahun, Tsanawiyah 3 tahun dan dilanjutkan Muallimin Muhammadiyah selama 5 tahun[6]
Berdasarkan uraian diatas, selanjutnya menarik untuk diteliti lebih mendalam kontribusi ulama dalam kehidupan masyarakat Kota Dumai, sebuah Kota industri dan multi etnis di Propinsi Riau.

1.2. Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah diatas, penelitian ini selanjutnya berusaha menjelaskan kontribusi ulama dan hal-hal yang terkait di Kota Dumai dengan perumusan sebagai berikut :
1.    Faktor apa yang mendorong kehadiran Yayasan Tafaqquh Fiddin di kota Dumai ?
2.    Dalam bentuk apa saja perjuangan Yayasan Tafaqquh Fiddin di kota Dumai ?

1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor yang mendorong kehadiran Yayasan Tafaqquh Fiddin di kota Dumai.
2.  Untuk mengetahui perjuangan Yayasan Tafaqquh Fiddin di kota Dumai.

1.4. Kegunaan Penelitian
          Penelitian ini bermaksud mendiskripsikan  , faktor pendorong kehadiran Yayasan Tafaqquh Fiddin serta perjuangannya di  Kota Dumai. Dan pendiskripsian ini sangat berguna untuk :
1.    Dari segi kebijakan, penelitian ini akan memberikan berbagai macam informasi yang dapat digunakan oleh pengambil kebijakan dalam pembangunan di Kota Dumai.
2.    Dari segi teori keilmuan, penelitian ini akan menambah wawasan keilmuan yang aktual sebagai bandingan dari keilmuan yang sudah mapan dan berkembang.
3.    Dari segi penelitian, hasil penelitian ini dapat dipandang sebagai fakta ilmiah yang dapat dilanjutkan dalam studi yang lebih luas dan mendalam.


1.5. Teori dan Konsep Operasional
          Ulama adalah seseorang yang mempunyai ilmu pengetahuan agama Islam dan dapat pengakuan masyarakat. Berilmu saja tidaklah cukup tanpa ada pengakuan masyarakat. Pengakuan masyarakat muncul apabila seseorang itu taat dan mengamalkan ilmu pengetahuannya[7].
Keberadaan ulama sangat penting, terutama dalam meningkatkan kualitas umat sehingga umat Islam mempunyai kontribusi yang positif, aktif, dan konstruktif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara[8].
Mengacu kepada pengertian dan keberadaan ulama tersebut, selanjutnya aspek yang dirancang untuk menggambarkan kontribusi ulama di Kota Dumai adalah :
1.    Faktor yang mendorong kehadiran ulama ( Yayasan Tafaqquh    Fiddin )   di Kota Dumai.
2.    Bentuk-bentuk perjuangannya ( Yayasan Tafaqquh Fiddin )     di Kota Dumai.



[1]. Lihat Soedjatmoko,Etika Pembebasan, (Jakarta, LP3ES, 1984), h. 208
[2]. SW. Ahmed Husaini, Sistem Rekayasa Sosial Dalam Islam, penerjemah Ahmad Supardi Hakim et.al., (Jakarta, Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN, Departemen Agama RI, 1986), h.3
[3]. Lihat Soedjatmoko, Iman, Amal, dan Pembangunan, dalam Agama dan Tantangan Zaman, (Jakarta, LP3ES, 1985), h.4
[4]. Lihat Mattulada, Penelitian Berbagai Aspek Keagamaan dalam Kehidupan Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia, dalam, Mulyanto Sumardi (penyusun), Penelitian Agama, Masalah dan Pemikiran, ( Jakarta, Sinar Harapan, 1982 ), h. 66
[5]. Lihat Ismail Raji’ al-Farugi, Tauhid, (Bandung : Penerbit Pustaka, 1995),. h. 39
[6]. Lihat Ahmad Yusuf, dkk., Sejarah Kesultanan Indragiri, Pekanbaru, Pemda Propinsi Riau, 1994., h. 186-187
[7]. Taufik Abdullah, ed. Agama dan Perubahan Sosial, (Jakarta : CV. Rajawali, 1983),     h. 18
[8]. Alamsyah Ratu Perwiranegara, Islam dan Pembangunan Politik di Indonesia, (Jakarta : CV. Mas Aagung, 1987), h. 236 

0 Comments:

Posting Komentar