Perlu Penguatan Visi Wisata Pulau Rupat
Visi pariwisata seharusnya dapat dituangkan didalam semua proses pembangunan di pulau ini, baik pada aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
Teori Ekonomi Kebahagiaan Sejak Easterlin Paradox
Teori ekonomi kebahagiaan pertama kali mendapat perhatian luas setelah Richard Easterlin mengemukakan Easterlin Paradox pada tahun 1974.
Peradaban itu Berawal dari Arus Sungai Hingga Arus Informasi
Pradaban besar dunia pada masa awal sangat ditentukan oleh Sungai. Lihatlah peradaban Cina yang berawal dari sungai Kuning atau Hwang Ho, peradaban Eropa pula ditentukan oleh dua sungai yakni Eufrad dan Tigris.
Warisan Keulamaan H. Zainal Abidin Sungai Alam
Sebuah penelusuran awal trah keulamaan dan perjuangan dakwah Islam yang dijalankan oleh silsilah keturunan H. Zainal Abidin yang bermukim di desa Sungai Alam Bengkalis.
Fakta Tentang Batin Alam dan Awang Mahmuda
Sungai Alam terkuak sudah. Sebuah Kampung lama yang ada di pulau Bengkalis itu menyimpan misteri nama serta mitos yang selalu dikisahkan kepada setiap generasi.
Jumat, 10 Agustus 2018
Model Kehidupan Manusia Menurut Islam
Kamis, 09 Agustus 2018
Konsep Pembangunan Ekonomi dalam Islam
Gambar : 2.2. Penawaran Tenaga Kerja
Senin, 23 Juli 2018
Ekonomi Islam Sebuah Solusi
![]() |
DR. H. M. Rizal Akbar, S.Si, M.Phil |
Rabu, 27 Desember 2017
"Terjajah Lagi"
![]() |
sumber gambar http://berkahkampung.blogspot.co.id |
![]() |
Dapatkan segera Karya terbaru DR. H. M. Rizal Akbar |
Jumat, 28 Juli 2017
KNKS : Percepat Kemajuan Keuangan Syariah di Indonesia
(Hotel Fiarmount Jakarta, 27 sd 29 Juli 2017)
![]() |
Bersama Prof. Bambang Brodjo Negoro. Ph.H |
Prof. Bambang Brodjonegro, Ph.D selaku ketua umum IAEI dan Menteri Bappenas RI, dalam sesi high level discation yang dilaksankan pada hari kedua Silaknas tersebut,menjelaskan bahwa KNKS adalah komite yang diharapkan mampu meletakan ekonomi syariah sebagai landasan pengembangan perekonomian nasional. Dengan demikian ini mengantikan apa yang selama ini menjadi momok bagi kita bahwa keuangan syariah selalu diposisikan sebagai alternatif. Kelambatan perkembangan keuangan syariah menurutnya berawal dari paradigma yang keliru dalam memahami keuangan syariah itu sendiri.
Keuangan syariah tidak boleh terpisah dari sektor ril yang merupakan demand dari keuangan syaraiah itu sendiri. Menurutnya hal ini yang membedakan keuangan syariah dengan konvensional. Konvensional boleh saja memandang bahwa Perbankan itu terpisah dengan sektor ril namun keuangan syariah tidak boleh seperti itu, karena kesejahteraan ummat ada pada sektor ril. Kelambatan pertumbuhan keuangan syariah secara nasional harus dapat dijawab melalui upaya-upaya mengerakkan sektor ril ummat, yang menurutnya masih jauh tertinggal dari komunitas lainnya.
Pandangan diatas senada denganKH. Dr. Ma'aruf Amin ketua MUI, yang menyatakan perjuangan ekonomi ummat itu seharusnya menggunakan selogan "Mari Bung Rebut Kembali". Namun caranya ya dengan kemitraan. Ada tiga pilar dalam kemitraan itu yakni pemerintah, Ummat dan Pengusaha Besar. Ketiganya harus bersinergi supaya hadir arus baru perekonomian nasional yang bangkit dari bawah, dan bukan menetes kebawah, karena selama ini pola pertumbuhan dari atas kebawah itu hanya melahirkan jurang yang tajam dalam perekonomian nasional
Wimboh Santoso, Ph.D ketua OJK RI pula menganalogikan lembaga keuangan syariah itu sperti Bus. Menurutnya Bus nya banyak namun penumpangnya yang kurang, sehingga yang kadang-kadang jadi penumpang itu tidak seperti penumpang yang diharapkan. Sehingga menurutnya pemberdayaan penumpang perlu dilakukan supaya Bus itu terisi.
Rabu, 22 Maret 2017
Perspektif Tentang Konflik
![]() |
Foto: diskusi dengan kanit intel Pores Dumai, seputar Kamtibmas dan isu sosial, politik dan keagamaan Kampus IAI Tafidu, 22 Maret 2017 |
Ada banyak konflik dan pertentangan. Perbedaan dalam warna, wacana, citarasa, gagasan bahkan idiologi yang terjadi saat ini, seakan memenuhi jagat raya kita. Sentimen agama, ras dan suku kini seakan mengeliat dan mengemuka seolah ada sesuatu yang salah dengan rekatan kebinekaan kita.
Bukan itu saja, jatah ekonomi tak jarang menjadi punca bahkan selalu jadi penyebab utama. Distribusi yang timpang dengan sistem penjatahan kapitalis yang hanya berpihak kepada pemilik modal, menyebabkan jurang yang semakin dalam. Politik sebagai transformasi kekuasaan yang diharapkan menengahi ketimpangan itu tiba-tiba malah membela sang kapitalis untuk semakin memeras keringat golongan the have not. Sehingga kondisi kemiskinan semakin terpuruk dalam kenyataan yang memprihatinkan.
Tidak terlalu jauh dari wacana diatas, persoalan itu pulalah yang dihadapi oleh kota Dumai saat ini. Dengan berbasis industri, jasa dan perdagangan sebagai struktur utama ekonominya, kota ini menjadi sangat terdepan di provinsi Riau. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi terbukti tidak berpengaruh positif kepada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Bahkan kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan bagi banyak warganya, mengingatkan pada bidal Melayu " Ayam mati di lumbung padi".
Nyaris tidak ada agenda yang tegas dapat meleraikan masalah tersebut. Industri terus berkembang dan produksi meningkat laju, penderitaan masyarakat tidak ada yang peduli. Pekerja datang silih berganti, para profesional dan buruh kasar diangkut sekali, sehinga nak jadi kuli dikampung sendiri harus pula jumpa pungli.
Agaknya inilah puncanya kegaduhan itu. Meminjam pendapat Karl Mark dan Hegel yang hanya percaya bahwa materi adalah segalanya, maka gaduh ini berpunca dari itu. Ketika distribusi ekonomi yang timpang, ketika sumber ekonomi yang sulit diakses dan ketika semuanya hanya untuk tumbuh dan tumbuh. ***