Running Text - Dr. Rizal Akbar
Dr. H. M. Rizal Akbar, S.Si, M.Phil adalah doctor ekonomi islam terbaik universitas Trisakti Jakarta tahun 2016. Anak bungsu dari pasangan H. Akbar Ali (Alm) dan Hj. Aisyah (Almh) ini lahir di Sungai Alam, Bengakalis 12 September 1974. Menikah dengan Lestary Fitriany ST, ME yang merupakan Putri dari H. A. Nong Manan, yang merupakan tokoh masyarakat di Selat Panjang Kepulauan Meranti. Masa kecil dan remajanya dihabiskan bersama rekan-rekannya di SD Negeri 61 Sungai Alam, SMPN 3 Bengkalis dan SMAN 2 Bengkalis. Sarjan S1 Diselesaikannya di Universitas Riau, Pada Jurusan Matematika FMIPA, Tahun 1998. Menyelesaikan S2 di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Pada tahun 2007 dengan gelar Master Of Philosopy (M. Phil) yang selanjutnya mengantarkan beliau pada program Doktor di Islamic Economic dan Finance (IEF) Universitas Trisakti Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 2016 dengan kelulusan Cumlaude, dan Doktor Ekonomi terbaik I.

Rabu, 07 Desember 2016

Hipokrit

foto :http://onetrackmine.com/wp-content/uploads/2015/03/112.jpg
Diujung perkuliahan pengatar filsafat sore ini, sebuah pertanyaan saya lontarkan untuk mencairkan suasana, disaat mahasiswa yang sudah mulai loyo dan tidak sedikit yng mengantuk akibat dikuras oleh wacana-wacana berfikir keras ala filsafat. Dengan nada bertutur agak sedikit bercanda, pertanyaan itu meluncur dengan sederhana. "apakah kalian semua punya akun di facebook". Dengan cepat semua mahasiswa menjawab "punya". terus menyusul pertanyaan ku berikutnya, "apa yang anda harapakan denga menggunakan facebook?"

Pertanyaan  itu dijawab oleh mahasiswa ku dengan jawaban yang beragam, ada yang menjawabnya dengan keinginan untuk dapat informasi,  berkomunikasi, menjalin silaturrahmi, dakwah dan sebagainya, dan hampir semua jawaban mengarah kepada hal-hal yang positif. Mendengar jawaban-jawaban seperti itu, kembali saya  muncul pertanyaan yang menjentak mereka semua, "apa benar begitu?" dengan wajah yang malu-malu, mereka secara jujur bertutur, "tidak juga pak". dengan nada datar saya nyatakan, kita pasti marah jika disebut "munafik", kalau gitu istilahnya kita ganti saja dengan hipokrit.

wujudnya hipokrit nyaris menjadi sesuatu yang mendarah daging dan nyaris selalu ada dimana saja. sehingga kenyataan seperti diatas selalu ada dimana-mana. Selalu saja ketika menyatakan sesuatu dan mengharapkan sesuatu, kita mendapati suasan yang ideal. Namun itu tidak pada tataran kenyataannya. Atau sangat jarang ditemukan satunya kata dengan perbuatan. Nyaris tidak ada masyarakat yang menginginkan keburukan dan ketidak nyamanan. Tapi ketidaknyamanan itu ada dan dilakukan oleh sebagian dari masyarakat itu juga. Mereka yang baik pada tampilan namun buruk pada kenyataan, maka muncul istilah "pencitraan".

Hipokrit adalah kenyataan yang selalu ada didepan mata, disaat menyaksikan pergulatan sosial ditengah masyarakat kita. Bukan tanpa ataran, bukan tanpa budaya, bukan tanpa keyakinan, namun kehadirannya bersifat menyeluruh dan umum. Ketika orang dengan sederhana menyebut kesalahan yang dilakukannya dengan kata silaf. Ketika orang dengan tanpa malu dan masih tersenyum disaat dia sudah dinyatakan dan terbukti bersalah. 

Hipokrit memang punya tempat dimasyarakat kita. Keluar masuk partai politik tidak lagi barang tabu. Ketika mantan narapidana koruptor dengan bangga masih berkecimpung dalam partai politiknya. Ketika para selibriti yang nayata-nyata pernah terkena kasus asusila, masih memiliki pengemar dan malah tenar dimana-mana.

lantas ada apa dengan moral dan akhlak, dimana iya harus diletakan. Apakah dalam bingkai teori pengetahuan belaka, atau hanya tuntunan pribadi-pribadi saja tanpa terkonsespsikan dalam aturan sosial yang mengikat, kemana sangsi sosial, dimana moral bangsa dan bagaimana memulihkannya.