Berpolitik itu adalah sebuah metapora kehidupan. Membumbui aktifitas keseharian dengan sebuah misi yang berbeda dengan kebanyakan orang. Nyentrik dan terkesan unik itulah pesona poltik. Maka tidak salah ada ungkapan yang menyatakan bahwa, "jika ada orang yang tiba-tiba berprilaku ramah dan suka senyum, dapat dipastikan bahwa dia caleg".
Rizal Akbar Terima Anugrah Satria Pujangga Bangsa tahun 2025
Assoc Prof Dr.H.M. Rizal Akbar, M.Phil terpilih sebagai penerima Anugrah "Tokoh Adat Dan Budaya Nusabtara
Rizal Akbar Terima Anugrah Hang Tuah DMDI
Anugrah diserahkan langsung oleh TYT Tun Seri Setia Dr. Hj Mohd Ali Bin Rustam
Rizal Akbar Terima Anugrah KRH Dari Kraton Surakarta Hadininggrat Solo
Assoc Prof Dr. H. M. Rizal Akbar, M.Phil mendapat gelar Kanjeng Raden Haryo (KRH) Dwijobaroto Dipura dalam sebuah helat yang digelar Kraton Surakarta Hadiningrat.
Rizal Akbar Ikut Dilantik Menjadi Pengurus DPP IAEI 2025-2030
Ketum IAEI Pusat yang Juga Menteri Agama RI, Prof Dr KH Nazaruddim Umar MA: Sinergi Wujudkan Indonesia Pusat Ekonomi Islam Dunia
Rizal Akbar Pembicara Pada Seminar Internasional Pesisir Selat Melaka
Bentangkan Rekonstruksi Sejarah Ekonomi Maritim Selat Melaka Pada Forum Seminar Internasional di UiTM Shah Alam Malaysia
Rabu, 21 November 2018
Caleg dan Tahun Politik
By SahabatRiau November 21, 2018
Berpolitik itu adalah sebuah metapora kehidupan. Membumbui aktifitas keseharian dengan sebuah misi yang berbeda dengan kebanyakan orang. Nyentrik dan terkesan unik itulah pesona poltik. Maka tidak salah ada ungkapan yang menyatakan bahwa, "jika ada orang yang tiba-tiba berprilaku ramah dan suka senyum, dapat dipastikan bahwa dia caleg".
Tahun politik jelang 17 April 2019 mendatang terasa panas dingin, terutama bagi mereka yang menyadang predikat caleg (calon legislatif). Berharap simpati masyarakat untuk dipilih dengan berbagai trik dilakukan, mulai dari hal-hal yang rasional sampailah kepada yang buat kita geleng-geleng kepala, itulah politik. Dia dapat dilakoni oleh siapapun, pada lefel pendidikan dan pengalaman apapun, namun hasilnya tergantung pada tingkat kebutuhan masyarakat akan politik itu sendiri.
Membahas tingkat kebutuhan masyarakat akan politik, dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang. Yang paling sederhana dari semua sudut pandang itu, adalah sudut pandang "pragmatis". Dari sudut pandang ini masyarakat melihat politik sebagai sumberdaya ekonomi musiman. Mulai dari biaya politik, pilantropi dadakan sampailah serangan fajar selalu menjadi wacana yang menarik bila musim politik sudah ditabuhkan.
Politisi baru (pemain baru) biasanya sangat getir dengan isu ini, banyak yang mengrungkan niatnya untuk maju menjadi caleg jika merasa tidak memiliki modal finasial yang cukup untuk memenuhi segala kebutuhan pernak-pernik kebutuhan politik itu. Bahkan tidak sedikit pula yang mengadaikan hartanya secara besar-besaran dengan hitungan pasti bak pedagang politik yang bertransaksi dalam pasar permintaan dan penawaran suara, meskipun pada akhirnya keputusan politik tidak selalu sama dengan apa yang diperhitungkan.
Dari sudut pandang filosofis akademik politik adalah kebutuhan, baik kebutuhan para politisi dalam berekspresi maupun kebutuhan masyarakat dalam menentukan pemimpin yang hebat untuk membela nasib mereka. Cara pandang ini dapat disebut dengan pandangan ideal, dimana politik merupakan salah satu instrumen bangsa. Karena kemajuan bangsa akan tergantung kepada bagaimana pemimpinnya.
Memahamkan masyarakt akan tujuan ideal politik merupakan bagian dari kerja etis politik. Namun untuk mampu efektif maka kerja-kerja etis politik itu akan semakin dimungkinkan jika didukung oleh kekuasaan yang memihak. Sementara kekuasaan merupakan ruang praktis politik yang menjadi perebutan pada tiap-tiap musim politik. Sehingga keduanya saling mendukung baik etis maupun praktis politik.













