Running Text - Dr. Rizal Akbar
Dr. H. M. Rizal Akbar, S.Si, M.Phil adalah doctor ekonomi islam terbaik universitas Trisakti Jakarta tahun 2016. Anak bungsu dari pasangan H. Akbar Ali (Alm) dan Hj. Aisyah (Almh) ini lahir di Sungai Alam, Bengakalis 12 September 1974. Menikah dengan Lestary Fitriany ST, ME yang merupakan Putri dari H. A. Nong Manan, yang merupakan tokoh masyarakat di Selat Panjang Kepulauan Meranti. Masa kecil dan remajanya dihabiskan bersama rekan-rekannya di SD Negeri 61 Sungai Alam, SMPN 3 Bengkalis dan SMAN 2 Bengkalis. Sarjan S1 Diselesaikannya di Universitas Riau, Pada Jurusan Matematika FMIPA, Tahun 1998. Menyelesaikan S2 di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Pada tahun 2007 dengan gelar Master Of Philosopy (M. Phil) yang selanjutnya mengantarkan beliau pada program Doktor di Islamic Economic dan Finance (IEF) Universitas Trisakti Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 2016 dengan kelulusan Cumlaude, dan Doktor Ekonomi terbaik I.

Minggu, 07 Agustus 2016

Ontologi Diklat Penelitian

Gagasan yang melimpah dan cara pandang yang beragam, itulah suasana yang melingkupi Diklat Penelitian angkatan III Pusdiklat Tenaga Pendidikan dan Keagamaan Kemenag RI tahun 2016 pada kali ini. Dengan tiga puluh peserta dari institusi perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang berbeda dari seluruh wilayah Indonesia, tergambar beragam pemikiran yang melatarbelakangi basis keilmuannya masing-masing.

Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar
Gagasan baru serta metode penelitian yang beragam diperkenalkan oleh para narasumber yang memang handal dalam bidangnya masing-masing. Berawal dari materi yang dibawakan oleh Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar yang membahas tentang Pengembangan Teori dan Kritik Methodologi dalam Penelitian Agama. sebagai ilmuan senior dalam bidang metodologi penelitian agama, beliau sangat piawai  menyampaikan materinya.

Metodologi penelitian menurut Prof Atho merupakan integrasi dari teori dan pengukuran realitas. Teori sosial menurutnya tidak ajek seperti pada pengetahuan kealaman. Sehingga beliau tidak terlalu menguatkan pada feodalitas teori yang mendefenisikan adanya grant, midle dan small teori. Menurutnya teori itu dapat saja berubah-rubah akibat dari perkembangan penelitian yang dilakukan dalam bidang kajian tersebut.

Kualitatif jadi gini ya....."Mahal"
Materi berikutnya disajikan oleh Dr. Farida Hanum dari Balai Puslitbang Kehidupan Keberagamaan Kemenag RI. Beliau menyajikan materi tentang teknik pengumpulan dan analisis data. Secara detil beliau menjelaskan bagaimana langkah-langkah penelitian kuantitatif serta teknik analisisnya. Dia menekankan sebuah kajian kuantitatif itu "mahalnya" ada pada analisis dari pembacaan akngka-angka kuantitatif yang dihasilkan dari prangkat analisisnya. Selain itu penelitian kuantitatif itu harus benar-benar memperhatikan bagaimana istrumen penelitian itu di rumuskan.

Bersama Dr. Molyamin Aini
Sesi kuantitatif selanjutnya disambung oleh narasumber  Dr Molyamin. Beliau sangat terpesona dengan metode kuantitatif, sehingga hampir sebahagian besar penelitiannya mengunakan metode tersebut. Beliau mencontohkan tema kajiannya tentang nikah beda agama serta isu-isu tentang radikalisme. Beliau memang spesial sekali pada tema tersebut. Sehingga, gagasan-gagasan libralnya meluncur bagaikan beselancar di atas gelombang dahsyat paradigma keilmuan yang beragam. Namun tidak sedikit dari peserta yang renyah dengan hidangan akademik ilmuan ini. Tapi ada juga  peserta yang resah dan bahkan menyanggah.

Dr. Adlin Sila, MA
Suasana kuantitatif yang ruet dengan angka-angka, model persamaan dan sebagainya, berubah menjadi humanis tatkala Dr. Adlin Sila, MA, mengawal materi pelatihan dengan membawakan bahasan metode etnografi. Dia, seolah-olah mengajak peserta bercengkrama dalam dialog-dialog longgar penuh perisa yang memeriksa. Meskipu sederhana dan datar, tidak terasa pelan-pelan dia masuk dalam perbincangan yang mendalam menyoal selidik segalanya. Itulah etnografi, kata kata nya. Materi ini memunculkan perbicangan yang sangat ramai, nyaris setiap kesempatan ada saja yang menyela. Ada yang menyoal tetang akurasi data, adapula yang bersikukuh dengan letak teori dalam kajian, bahkan tak pelak ada yang membahas akhir dari penelitian ini untuk apa, jika hanya mengungkap fenomena tanpa ada model yang ditawarkan oleh sang peneliti terhadap fenomena itu.

Dr. Fahriati
Keterpesonaan akan etnografi bergeser kepada nisan dan manuskrip. Dr. Fahriati, dengan senyuman khas Aceh nya, mampu memukau peserta dengan penjelasan-penjelasan serta menampilkan dokumen-dokumen purbanya (maaaf, bukan pura-pura baik sebagaimana istilah yang berkembang dalam arena pelatihan). Penjelasanya mengenai manuskrip menarik perhatian peserta. Bahkan suasan pelatihan berubah drastis dari pemahaman makna pada simbol dan sistem nilai sebagaiman anjuran antropolog pada kajian etnografi menjadi tekun mengamati goresan-goresan kuno layaknya pakar peneliti purba, yang memang sudah dari sananya "purba". Manuskrip itu, lembar demi lembar di perkenalkan, cara merawatnya, menyalin semula serta membaca  dan menganalisisnya semua dijelaskan dalam sesi ini.

Bersambung......