Senin, 20 Maret 2023 | By: SahabatRiau

Berjalan Menuju Pangkal

Ahad, 19 Maret 2023, bertepatan 26 Syaban 1444 H. Kami melakukan perjalanan untuk menuju "pangkal jalan". Perjalanan di mulai dari Dumai menuju Siak dengan hajat berziarah ke Makam Raja Kecil atau Sultan Abdul Jalil Syah, atau Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I di Buantan Langkai Siak dan direncakan dilanjutkan ke Makam Andanya Tengku Buang Asmara atau Sultan Mahmud Abdul Jalil Musyafar Syah di Mempura. 
Ziarah ini merupakan bagian dari perjalanan spritual dan napak tilas ketamaddunan Melayu yang pernah jaya dimasa Silam, yang diinpirasi dari membaca "Hikayat Siak". 

Menggunakan transportasi Mobil Inova, bergerak dari pukul 7,30 wib dan pada pukul 10,27 singgah di Suangai Pakning Untuk Istirahat dan ngopi di kedai Kopi 99 jalan lintas Sungai Pakning Siak. 

Kami sampai di Makam Marhum Buantan Raja Kecil sekitar pukul 12,30 ternyata disana sudah banyak rombongan penziarah. Kami sempat sempat menyapa rombongan penziarah yang mengaku dari  LAZISNU Ukui Kabupaten Pelalawan serta Rombongan salah satu Pasantren NU di Siak Kecil Kabupaten Bengkalis. 

Makam Raja Kecil terawat dengan baik, dengan kondisi sana-sini bersih. Terdapat pula Dua makam lain disisi kiri makam tersebut yang boleh jadi salah satu dari makam itu adalah makam Istri tercinta baginda yakni Tun Kamariah putri bungsu dari Datuk Bendahara.

Raja Kecil yang merupakan Sultan ke 12 yang memerintah Kerajaan Johor dan Sultan Pertama Siak sejak tahun 1723 sd 1746 itu adalah seorang Raja yang gagah berani, tangguh dan selalu memimpin perperangan baik sebelum maupun setelah dinobatkan sebagai Raja. Titisan Darah Iskandar Zulkarnain sebagaimna dikisahkan dalam Hikayat Siak dan Tufat Annafis, benar-benar menyatu dalam jiwa kepatriotisme belaiau maupun anak keturunannya dimasa berikutnya.

Setelah membacakan tahtim, tahlil dan Doa di Makam tersebut perjalanan dilanjutkan dengan Istirahat Sholat dan makan siang. Masih disekitar Desa Lankai pada sebuah belokan jalan litas Siak ada sebuah Masjid terbuka yang didirikan pada tahun 2007 bernama Baitulrahman yang selalu ramai dengan para Musafir yang singgah untuk istirahat dan Sholat. Disanalah rombongan melaksanakan Sholat Zuhur yang dijamakkan dengan Asyar. Selesai melaksankan Sholat, makan siang di Kedai Sop Fauzan yang hanya 100 Meter dari masjid tersebut kearah menuju Bunga Raya. 

Meski dipandu Google Map, perjalanan menuju Makam  Tengku Buang Asmara atau Sultan Mahmud Abdul Jalil Musyaffar Syah yang merupakan sulatan kedua Siak tahun  1746-1760 tidak mudah ditemui. Rupanya makam tersebut berada di Desa Wisata Kampung Melayu Mempura seberang Istana melalui jambatan Siak Tengku Agung Sultanah Latifah yang megah membentang menghubungkan antara kawasan Istana Asserayah Asyimiah dengan Mempura, dua kawasan yang penting dikota Ini. 

Sepanjang jalan dan jembatan berjejer boleho berukuran besar dan kecil yang bergambarkan sketsa wajah Tengku Buang Asmara dengan narasi mohon doa dan Dukungannya Tengku Buang Asmara Sultan Siak Ke 2 sebagai pahlawan Nasional dari Riau.

Sebagaimana dikabarkan bahwa pemerintah kabupaten Siak telah mengusulkan Tengku Buang Asmara sebagai pahlawan Nasional yang telah diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten siak dan Provinsi Riau pada awal  2023 Silam, dan proses pengalian sejarahnya dilakuka  sejak tahun 2019 oleh pemerintah Kabupaten Siak. 

Kami tiba dimakam Tengku Buang Asmara sekitar pukul 14,20 Wib. Suasana makam sudah terawat dengan baik namun makam Tengku tidak semegah Ayahandanya Raja Kecil di Langkai. Makam Tengku Buang Asmara di Mempura sepertinya masih perlu penataan dari pemerintah supaya terkesan nyaman untuk dikunjungi dan diziarahi oleh para pengunjung. Seperti halnya makam marhum Buantan, makam Tengku Buang Asmara juga tidak memiliki banyak informasi dan literasi yang dapat memahamkan generasi pada tokoh yang ada. 

Setelah melantunkan Doa dipusara Marhum Mempura dengan mengharap kepada Allah SWT kiranya perjuangan untuk menjadikan marhum Mempura sebagai Pahlawan Nasional dimudahkan oleh Allah SWT, perjalanan dilanjutkan menuju kawasan kuliner dipinggir sungai siak dikawasan Istana. Disini kami ditemani rekan Iskandar. Seorang pengiat kebudayaan dan kesejarahan Siak. 

Dalam bualan santai Iskandar menyampaikan berbagai hal terkait  kesejarahan dan perjuangannya dalam mengali sejarah dan kebudayaan di Siak. Banyak hal dalam kesejarahan siak yang beliau kemukakan namun yang menarik dari apa yang disampaikannya adalah terkait dengan Kerjaan "Gasib". Iskandar mengungkapkan bahwa kerajaan ininpunya sangkut paut yang erat dengan kisah Sultan Mahmud Mangkat di Julang yang dibunuh oleh Megat Sri Rama. Dia mengaitkan Megat Sri Rama dengan Megat Kudu yang dikisahlan sebagai Raja terakhir Kerajaan Gasib. Bahkan menurutnya kerajaan Perak Memiliki silsilah dekat dengan kerajaan Gasib ini. Wallohu a'lam bissawab. 

Ditulis Oleh : Dr. H. M. Rizal Akbar, M. Phil



0 Comments:

Posting Komentar