Running Text - Dr. Rizal Akbar
Assoc Prof Dr. H. M. Rizal Akbar, S.Si, M.Phil adalah Rektor Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai dan Sekjen Perhimpunan Ilmuwan Pesisir Selat Melaka (PIPSM). Beliau juga merupakan Doktor Ekonomi Islam terbaik Universitas Trisakti Jakarta tahun 2016 dan Pengurus Pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Komite Organisasi, Wilayah dan Komisariat. Anak bungsu dari pasangan H. Akbar Ali (Alm) dan Hj. Aisyah (Almh) ini lahir di Sungai Alam, Bengkalis 12 September 1974. Memulai pendidikan di SD Negeri 61 Sungai Alam, SMPN 3 Bengkalis dan SMAN 2 Bengkalis. Sarjan S1 Diselesaikannya di Universitas Riau, Pada Jurusan Matematika FMIPA, Tahun 1998. Menyelesaikan S2 di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Pada tahun 2007 dengan gelar Master Of Philosopy (M. Phil) yang selanjutnya mengantarkan beliau pada program Doktor di Islamic Economic and Finance (IEF) Universitas Trisakti Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 2016 dengan kelulusan Cumlaude, dan Doktor Ekonomi terbaik I.

Kamis, 09 Februari 2017

Sederhanakah Bahagia?

Bagian 2

Mereka yang berbahagia
Tidak sesederhana yang dibayangkan namun tidak pula sesulit apa yang dipikirkan. Kebahagian datang dan pergi seiring usia seorang manusia. Tidak ada penderitaan selamanya dan tidak pula bahagia untuk selamanya. Silih berganti bagikan siang dengan malam.

Adalah persepsi yang selalu terdepan untuk menyatakan tentang bahagia. Relatifitas menyebabkan aspek materi sulit digunakan untuk menakar kebahagian. Ketika hanya punya sepeda motor, seseorang akan merasa betapa bahagianya jika punya mobil. Namun ketika sudah punya mobil, lama kelaman tingkat kebahagiaan itu jadi menurun dan  berharap pula  untuk memiliki hal yang lain lagi.

Kenyataan diatas adalah satu dari beragam gambaran model kebahagiaan. Menikmati dunia, sangat mungkin menyebabkan orang menjadi bahagia. Namun mengikutkan kenikamatan dunia menyebabkan kita menjadi hanyut dalam arusnya yang tidak bertepi, karena kenikmatan dunia itu seperti meminum air laut yang semakin diminum semakin menambah dahaga.

Dengan demikian materi bukanlah instrumen utama kebahagian. Maka wajar jika ada pernyataan menarik seputar kebahagian yakni, "bukan sukses yang menyebabkan orang jadi bahagia, namun bahagialah yang menyebabkan seseorang menjadi sukses".  bersambung...