Running Text - Dr. Rizal Akbar
Dr. H. M. Rizal Akbar, S.Si, M.Phil adalah doctor ekonomi islam terbaik universitas Trisakti Jakarta tahun 2016. Anak bungsu dari pasangan H. Akbar Ali (Alm) dan Hj. Aisyah (Almh) ini lahir di Sungai Alam, Bengakalis 12 September 1974. Menikah dengan Lestary Fitriany ST, ME yang merupakan Putri dari H. A. Nong Manan, yang merupakan tokoh masyarakat di Selat Panjang Kepulauan Meranti. Masa kecil dan remajanya dihabiskan bersama rekan-rekannya di SD Negeri 61 Sungai Alam, SMPN 3 Bengkalis dan SMAN 2 Bengkalis. Sarjan S1 Diselesaikannya di Universitas Riau, Pada Jurusan Matematika FMIPA, Tahun 1998. Menyelesaikan S2 di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Pada tahun 2007 dengan gelar Master Of Philosopy (M. Phil) yang selanjutnya mengantarkan beliau pada program Doktor di Islamic Economic dan Finance (IEF) Universitas Trisakti Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 2016 dengan kelulusan Cumlaude, dan Doktor Ekonomi terbaik I.

Selasa, 03 Januari 2017

"Rutinitas"

Waktu bukanlah apa yang datang begitu saja. Begitu juga dengan kesempatan bukan sesuatu yang berulang kali. Hidup selalu terbatas dengan waktu dan keberuntungan. Jika sudah sampai waktunya kehidupan akan berakhir dan keberutungan kadang kala bertukar kepada yang lainnya. Itu kehidupan, dengan perubahan yang senantiasa bersamanya. Maka tidak ada yang kekal, semuanya akan berubah selari dengan perjalanan sang waktu.

Kewujudan manusia dalam proses itu tak ubahnya mengendarai sebuah kendaraan yang bernama sang waktu. Dia tetap bergerak dalam gerakan yang konstan 24 jam sehari semalam tampa kurang sedetik pun. Kecepatannya sama untuk setiap manusia, hanya rasa yang membedakannya. Ada diantara mereka yang merasa gerakannya sangat cepat sekali. Dan adapula yang meraskan perjalanan sangwaktu itu sangat lamban sekali.

Sukacita selalu menyebabkan orang kehilangan sang waktu, maka muncul  syair lagu"kemesraan ini janganlah cepat berlalu". Sebaliknya, penderitan menyebabkan waktu menjadi terasa panjang. Padahal waktu tidak memiliki rentang yang berbeda bagi tiap orang, siapapun dan dimanapun.

Apa yang menarik dari perjalanan waktu yang radikal itu adalah ketika manusia mengapresiasikan dengan "rutinitas". Aktifitas keseharian sering dinyatakan dengan rutinitas. Rutinitas terkadang berkonotasi staknan, datar bahkan membosankan. Sesuatu yang berualang kali dilakukan tiap hari . Bangun pagi, pergi tempat kerja, pulang dan besok pergi lagi, adalah wajah dari rutinitas itu, belum lagi ditambah dengan perjalanan menuju tempat kerja bagi banyak orang di kota-kota besar yang selalu berhadapan dengan jalanan macet, menyebabkan rutinitas itu menjadi "sesuatu".

Rutin, sesuatu yang teratur berualang-ulang dan tidak berubah, kamus besar bahasa Indonesia menulis kalimat tersebut untuk mendefenisikan istilah rutin. Sehingga rutinitas merupakan sebuah aktifitas yang seperti itu. Baik tidaknya sebuah rutinitas ditentukan sejauh mana pengulangan aktifitas itu melahirkan nilai yang positif.

Rutinitas yang hanya menghabiskan waktu tanpa nilai yang positif hanya akan melahirkan kesia-siaan. Sementara rutinitas dengan menghadirkan pelbagai kebaikan akan melahirkan keberkahan dan kemaslahatan. Orang bisa saja melakukan itu-itu saja, namun disetiap aktifitasnya yang ia lakukan dengan niat yang sempurna serta semangat yang pantang menyerah, maka rutinitas seperti itu akan berbuah kesolehan, baik dalam krangka personal maupun sosial.

Ibadah adalah sebuah rutinitas, kebajikan sosial juga merupakan  rutinitas. Demikian pula halnya dengan berakhlak mulia juga  merupakan rutinitas yang positif. Dengan demikian rutinitas akan melahirkan karekter seseorang. Sebaliknya jika prilaku negatif rutin ia lakukan maka buruklah karakternya.

Kakap 3/1/17